Rabu, 10 Juni 2015

EVALUASI ANDRAGOGI


EVALUASI PEMBELAJARAN ANDRAGOGI
Hari/tanggal : Kamis, 4 Juni 2015
Waktu           : 11.00 WIB
Program       : Mading Opini Kritikus (Peer Learning)
Disini kelompok 10 melakukan demonstrasi diluar kelas Andragogi yaitu di sekitar lingkungan kampus Psikologi USU. Tempat yang kami gunakan Mading kampus yaitu disebelah PEMA dan disebelah ruangan Sisten Informasi. Kelompok 10 melakukan persiapan selama seminggu dimulai pada tanggal 25 Mei 2015- 31 Mei 2015.
Uraian Kegiatan:
  1. Pada tanggal 25 Mei- 26 Mei 2015 : kelompok membeli peralatan untuk membuat Mading Opini Kritikus dan membuat Mading
  2. Pada tanggal 27 Mei - 28 Mei 2015 : Kelompok memajang Mading Opini Kritikus di spot yang telah direncanakan
  3.  Pada tanggal 29 Mei - 31 Mei 2015 : Kelompok membuat video untuk hasil dari Opini dari partisipan. Video yang dibuat adalah; mekanisme pembuatan mading, hasil Opini Kritikus dan Pendapat partisipan mengenai Mading Opini Kritikus
Masalah yang dihadapi Kelompok
Masalah yang dihadapi kelompok ketika proses pembuatan dan pengerjaan tugas adalah 
  • Kurangnya komunikasi antar anggota kelompok yang dikarenakan waktu yang tidak sesuai setiap anggota
  • Kesulitan dalam memilih topik yang akan dipajang
  • Kesulitan mencari spot untuk memajang Mading Opini Kritikus

PELAKSANAAN DEMONSTRASI DI KELAS
  Ada beberapa rangkaian kegiatan yang kami lakukan yaitu :
   Penjelasan 
Sebelum  menampilkan Demonstrasi kami menjelaskan anggota kelompok kami, apa program yang kami buat dan menjelaskannya dalam bentuk slide dan video.
   Ice Breaking 
Sebelum memulai penjelasan kami melakukan ice breaking , dimaksudkan memfokuskan pusat perhatian para peserta agar lebih  semangat dan konsentrasi
   Penutup
Setelah memberikan penjelasan, ice breaking dan menampilkan video hasil tugas kelompok 10, presentasi selesai dan kami memberikan kesempatan kepada teman-teman, dosen yang ingin 
    mengomentari hasil kerja kami setelah itu kami mengucapkan terima kasih
   KENDALA DALAM PRESENTASI
Menarik perhatian audiensi agar tidak ngantuk dan tetap semangat
Pembagian waktu presentasi yang masih tidak teratur  
   SARAN DARI AUDIENSI
   Sakti Wibowo : ide mading sangat baik hanya saja sayang jika di follow up. bisa diajukan
   ke PEMA terutama bagian jurnalistik
   Kak Rola : sangat kreatif hanya saja ukuran mading terlalu kecil dan juga tanpa adanya
   publikasi sehingga dapat mengukur ketertarikan mahasiswa terhadap mading. 
   DOKUMENTASI









 ANGGOTA KELOMPOK 10
LIVI YOHANA (121301002)
KRISTY MERLIN (121301115)
MUHAMMAD SAIF (121301027)
MUHAMMAD YUSUF (121301028)
RIYAN KURNIA ASWARI (121301060)
ARIF MUBARAKALLAH (121301122)

Rabu, 25 Maret 2015

Revisi

PEER LEARNING
MEDIA DISKUSI MELALUI MADING  OPINI KRITIKUS


Oleh :
Kelompok 10

Livi Yohana   (121301002)
Muhammad Saif  (121301027)
Muhammad Yusuf Lubis  (121301028)
Riyan Kurnia Aswari  (121301060)
Kristy Merlin (121301115)
Arif Mubarakallah (121301122)



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015



      I. Pengertian Peer Learning
            Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas. Peer learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.

II. Manfaat Dan Tujuan Peer Learning
            Peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari  peer learning secara umum :
  1. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
  2. Mengatasi isolasi.
  3. Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
  4. Memotivasi dan meyakinkan siswa.
  5. Fleksible dan responsibel.
            Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
  1. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pengajaran.
  2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
  3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
  4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis.  Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka.  Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
III. Perencanaan Peer Learning
Sehingga dari penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Media yang dimaksud adalah; kelompok akan membuat Mading yang dinamakan Opini Kritikus. Dimana mading ini akan diletakkan di tempat umum di Fakultas Psikologi dengan isi mading berupa isu-isu terhangat, kemudian partisipan (mahasiswa Psikologi) memberikan opininya melalui madins Opini Kritikus. Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai wadah peer learning, dimana  saat ini pembelajaran melalui media ini sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu dengan yang lain.

IV. Prosedur Peer Learning (Mading: Opini Kritikus)
Adapun prosedur dari Mading Opini Kritikus”, yakni :
1.   Kelompok akan membuat Mading Opini Kritikus yang akan diletakkan dibeberapa titik yang dapat diakses oleh mahasiswa Psikologi di Kampus Psikologi USU dan telah mendapatkan izin.
2.    Isi Mading Opini Kritikus berisi topik hangat yang akan diminta pendapat dan ide kreatif partisipan. Partisipan akan menulis opini mereka dengan kertas tempel dan pena yang telah disediakan oleh kelompok.
3.      Kelompok akan memberikan masa penayangan mading selama satu minggu.
4.  Kemudian kelompok merangkum hasil Opini Kritikus Mahasiswa Psikologi dalam bentuk Video sebagai publikasi dan dokumentasi hasil akhir

V. Estimasi Biaya
Pengeluaran
Biaya
Sterofom 2 buah
Rp. 12.000
Paku Payung
Rp. 10.000
Ngeprint 6 lembar
Rp. 6.000
Kertas HVS 10 lembar
Rp. 1.000
Pulpen 3 biji
Rp. 6.000
Tali Pelastik
Rp. 1.000
Kertas Origami
Rp. 10.000
TOTAL
Rp. 46.000


Rabu, 18 Maret 2015

PEER LEARNING

MEDIA DISKUSI MELALUI WEBSITE/ MADING OPINI KRITIKUS

Oleh :
Kelompok 10

Livi Yohana   (121301002)
Muhammad Saif  (121301027)
Muhammad Yusuf Lubis  (121301028)
Riyan Kurnia Aswari  (121301060)
Kristy Merlin (121301115)
Arif Mubarakallah (121301122)




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015


  
       I.            Latar Belakang
            Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat.  Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengganti atau mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya.  Akibat dari pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan siswa.  Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional.      
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.  Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru.  Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa.  Model pembelajaran seperti itu biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga kesan yang timbul adalah pembelajaran yang membosankan dan membuat siswa jenuh bahkan mengantuk.  Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.
Model pembelajaran yang dimaksud untuk mengatasi masalah ini adalah model pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) atau peer learning.  Model pembelajaran peer teaching atau peer learning ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing experience. Dengan mengganti model pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan oleh semua pihak dapat tercapai. Menurut Boud, et al. (2001) peer teaching atau disebut juga peer learning adalah pembelajaran yang melibatkan murid  untuk saling berbagi ide dan pengalaman antara partisipan. Termasuk dukungan emosional satu sama lain. Istilah peer tutoringmemiliki makna yang sama dengan peer teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu untuk mengajar  peserta didik lainnya. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik karena anggota suatu komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain.

    II.            Tujuan dan Manfaat Peer Learning
            Tentu saja, peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari  peer learning secara umum :
  1. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
  2. Mengatasi isolasi.
  3. Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
  4. Memotivasi dan meyakinkan siswa.
  5. Fleksible dan responsibel.
Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
  1. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pengajaran.
  2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
  3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
  4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis.  Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka.  Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
 III.            Keterbatasan Dalam Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
            Selain adanya manfaat melalui media pembelajaran ini, kami dari kelompok juga mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang menjadi keterbatasan dalam proses ini, yaitu :
1.      Apabila kelompok jadi membuat media diskusi ini melalui mading memerlukan beberapa proses yang panjang dan rumit.
2.      Biaya yang diperlukan untuk membuat mading yang direncanakan cukup besar terkait alat dan vahan yang diperlukan.
3.      Media pembelajaran melalui mading ini memiliki kesulitan dalam pelaksanaannya.
4.      Media ini hanya dapat digunakan untuk pembahasan suatu topik yang sedang berkembang di masyarakat.

 IV.            Program Perencanaan
            Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya. Peer learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.
            Sehingga dari penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media, dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai wadah peer learning, dimana  saat ini pembelajaran melalui media ini sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu dengan yang lain.
            Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan dalam media pembelajaran mading :
Ø  Alat                                                    
            Papan Mading.

Ø  Bahan
Materi bacaan berupa isu.
Kertas warna-warni, pena, paku mading (mading).

Ø  Persiapan Isu yang Dibahas Melalui Mading Opini Kritikus
1.      Isu Yang Perlu Dibahas
Isu ini sebaiknya adalah isu yang sedang berkembang saat ini dan semua peserta didik mengetahui mengenai isu ini.
2.      Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan disini dimaksudkan agar data yang didapat oleh kelompok adalah data yang valid, maupun sesuai dengan yang sebenarnya. Sehingga, ketika isu ditampilkan di mading, peserta didik ataupun pembaca mempunyai informasi yang sama dan proses memberikan opini dapat berjalan baik.

Ø  Langkah-Langkah Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
1.  Kelompok akan menyediakan sebuah mading untuk membahas isu-isu yang sedanG berkembang di dunia saat ini.
2.    Selain itu, juga akan disediakan sebuah tempat di samping mading untuk tempat kertas-kertas opini dan pena, dimana nantinya pembaca bisa menggunakan kertas tersebut untuk menulis opini mereka. Kertas tersebut dilengkapi dengan bintang di bawahnya yang nantinya apabila komentar sudah ditempel di mading, pembaca lain bisa memberi tanda centang pada bintang apaila menurut pembaca opini tersebut bagus.
3.  Setelah semua opini telah ditempel dan diberi bintang oleh pembaca lain selama seminggu, kelompok akan merangkum hasil kesimpulan diskusi dari setiap orang dan menempelkannya dan berlaku seperti itu untuk selanjutnya.