PEER LEARNING
MEDIA
DISKUSI MELALUI WEBSITE/ MADING OPINI KRITIKUS
Oleh
:
Kelompok
10
Livi
Yohana (121301002)
Muhammad
Saif (121301027)
Muhammad
Yusuf Lubis (121301028)
Riyan
Kurnia Aswari (121301060)
Kristy
Merlin (121301115)
Arif
Mubarakallah (121301122)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2015
I.
Latar
Belakang
Kurangnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang
membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan
menjadi malas dan tidak semangat. Model pembelajaran yang monoton atau
yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa.
Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengganti atau mengubah model
pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang lain, yang
akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus dan konsentrasi
terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari pemakaian model
pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan siswa.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang
terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap
lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran
yang biasa dilakukan oleh guru. Pembelajaran konvensional (tradisional)
pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan
daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan
hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru. Dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat kepada guru yang
mengajar bukan siswa. Model pembelajaran seperti itu biasanya hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga kesan yang timbul
adalah pembelajaran yang membosankan dan membuat siswa jenuh bahkan
mengantuk. Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok
dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang dilakukan dengan
adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan
efektif.
Model pembelajaran yang dimaksud untuk mengatasi masalah ini adalah
model pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) atau peer learning.
Model pembelajaran peer teaching atau peer learning ini menitikberatkan
pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing experience.
Dengan mengganti model pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan
oleh semua pihak dapat tercapai. Menurut Boud, et al. (2001) peer teaching
atau disebut juga peer learning adalah pembelajaran yang melibatkan
murid untuk saling berbagi ide dan
pengalaman antara partisipan. Termasuk dukungan emosional satu sama lain.
Istilah peer tutoringmemiliki makna yang sama dengan peer teaching.
Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer teaching
merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik
mampu untuk mengajar peserta didik
lainnya. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar
yang berpusat pada peserta didik karena anggota suatu komunitas merencanakan
dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain.
II.
Tujuan dan Manfaat Peer
Learning
Tentu saja, peer
learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta
didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari peer learning secara umum :
- Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
- Mengatasi isolasi.
- Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya
walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
- Memotivasi dan meyakinkan siswa.
- Fleksible dan responsibel.
Adapun menurut beberapa
ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001)
manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
- Meningkatkan
motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun
produk pengajaran.
- Sebagai outcome
kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level
pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan
untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
- Sebagai
peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu
meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan
konstruk-konstruk pengetahuan.
- Meningkatkan
keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih
mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis.
Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar
mereka. Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar
lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
III.
Keterbatasan Dalam Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
Selain adanya manfaat
melalui media pembelajaran ini, kami dari kelompok juga mempertimbangkan
beberapa kemungkinan yang menjadi keterbatasan dalam proses ini, yaitu :
1. Apabila kelompok jadi membuat media diskusi ini melalui mading
memerlukan beberapa proses yang panjang dan rumit.
2. Biaya yang diperlukan untuk membuat mading yang direncanakan cukup besar
terkait alat dan vahan yang diperlukan.
3. Media pembelajaran melalui mading ini memiliki kesulitan dalam
pelaksanaannya.
4. Media ini hanya dapat digunakan untuk pembahasan suatu topik yang sedang
berkembang di masyarakat.
IV.
Program
Perencanaan
Peer
learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk
pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis
(2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada
peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian
merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan
orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya
yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar
dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya. Peer learning
adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari
siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh
berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk
menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman
sebayanya itu sendiri.
Sehingga dari penjelasan tersebut,
adapun program perencanaan ‘peer
learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan membahas
suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat maupun di
Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan sebagai pemberi isu
yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media, dimana partisipan dapat
memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Pembelajaran melalui mading ini
sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan
mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading
sebagai wadah peer learning, dimana saat ini pembelajaran melalui media ini
sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan
kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang
selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa
menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu dengan
yang lain.
Berikut
adalah alat dan bahan yang diperlukan dalam media pembelajaran mading :
Ø Alat
Papan
Mading.
Ø Bahan
Materi
bacaan berupa isu.
Kertas
warna-warni, pena, paku mading (mading).
Ø Persiapan Isu yang Dibahas Melalui
Mading Opini
Kritikus
1. Isu
Yang Perlu Dibahas
Isu ini sebaiknya
adalah isu yang sedang berkembang saat ini dan semua peserta didik mengetahui
mengenai isu ini.
2. Pengumpulan
Data atau Informasi
Pengumpulan disini
dimaksudkan agar data yang didapat oleh kelompok adalah data yang valid, maupun
sesuai dengan yang sebenarnya. Sehingga, ketika isu ditampilkan di mading,
peserta didik ataupun pembaca mempunyai informasi yang sama dan proses
memberikan opini dapat berjalan baik.
Ø Langkah-Langkah Media Diskusi Melalui Mading
Opini Kritikus
1. Kelompok
akan menyediakan sebuah mading untuk membahas isu-isu yang sedanG berkembang di
dunia saat ini.
2. Selain
itu, juga akan disediakan sebuah tempat di samping mading untuk tempat
kertas-kertas opini dan pena, dimana nantinya pembaca bisa menggunakan kertas
tersebut untuk menulis opini mereka. Kertas tersebut dilengkapi dengan bintang
di bawahnya yang nantinya apabila komentar sudah ditempel di mading, pembaca
lain bisa memberi tanda centang pada bintang apaila menurut pembaca opini
tersebut bagus.
3. Setelah semua opini telah ditempel dan
diberi bintang oleh pembaca lain selama seminggu, kelompok akan merangkum hasil
kesimpulan diskusi dari setiap orang dan menempelkannya dan berlaku seperti itu
untuk selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_learning