Selasa, 24 Juni 2014

Testimoni


TESTIMONI PERKULIAHAN
      Tentu saja ada beberapa alasan mengapa saya mengambil mata kuliah Pedagogi, salah satunya karena saya senang berinteraksi dengan anak-anak yang membuat saya penasaran tentang bagaimana cara yang baik dalam mendidik anak-anak. Selama satu semester saya menjalani kuliah pedagogi banyak sekali cerita atau kejadian yang menarik, menegangkan dan situasi lucu. Melalui mata kuliah Pedagogi ini, saya banyak belajar tentang pedagogi , seperti belajar pengertian dan ruang lingkup paedagogi, pedagogi transformatif dan pedagogi teoritis, pedagogi tradisional dan pedagogi modern, profil guru, pedagogi tertindas, dan banyak hal lainnya. Sehingga, saya dapat mengetahui bahwa pedagogi merupakan pengajaran (teaching), belajar (learning), hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor, dan hubungan mengajar dengan belajar dengan pengaturan (Pedagogi Modern).
            Selama proses pembelajaran di dalam kelas banyak terjadi hal-hal yang dapat membuat itu menjadi suatu kenangan. Ketika halnya dosen memberi penjelasan dan meminta untuk menjelaskan apa arti dari hal tersebut, dan memberi  reward berupa poin tambahan untukmemancing keaaktifan saya dan teman-teman. Ketika suasana kelas yang mulai hening , tidak bersemangat, dosen meminta salah satu mahasiswa untuk melakukan ice breaking yang bisa membangkitkan semangat di pagi hari dan dapat membuat mahasiswa kembali aktif di kelas. Tetapi ada juga hal yang membuat dosen kecewa terhadap saya dan teman-teman, hal itu terjadi saat waktu diskusi/ waktu tanya jawab setelah salah satu kelompok mempersentasikan hasil praktikum kelompoknya. Saat itu, kami sebagai mahasiswa hanya terdiam dan tidak berkata apa-apa (tidak memberi pendapat atau bertanya) terhadap persentasi kelompok, sehingga membuat dosen sangat kecewa terhadap apa yang kami lakukan. Yang akhirnya, dosen membuat keputusan untuk memberhentikan kuliah saat itu. Dari kejadian tersebut, saya lebih mengintropeksi diri  dan juga mendapat pembelajaran untuk lebih mengerti lagi tentang apa peran dan tanggungjawab saya sebagai mahasiswa.
            Ada saat ketika  saya dapat mengaplikasikan teori pedagogi ini , yakni saat saya melakukan wawancara dan praktikum. Dimana, saya mewawancarai seorang guru, dan kemudian mengidentifikasikan apakah narasumber saya termasuk seorang guru yang memodelling pedagogi atau tidak. Selain itu, ada juga praktikum yang saya dan teman-teman kelompok lakukan pada anak-anak kelas 3 SD , dimana menurut saya praktikum tersebut dapat mendidik saya untuk lebih berusaha mengajari anak-anak dengan memodelling pedagogi walaupun tidak seutuhnya saya mampu laksanakan, seperti halnya seorang ahli pedagogi.
            Perjalanan satu semester tersebut, tentu saja  menambah pengetahuan yang sangat berguna bagi saya kelak dan juga membimbing saya untuk menjadi lebih baik lagi dalam hal melaksanakan pengajaran pada anak-anak kelak.
           
           


Persentasi kelompok


REVIEW PERSENTASI KELOMPOK
          Pada persentasi yang dilakukan oleh kelompok kami, yaitu kelompok 10. Kami menjelaskan bahwa latar belakang kami melakukan ini adalah karena anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa yang membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya dan juga mengambil pendapat dari John Locke, dimana anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Dalam proses pembelajaran yang kami lakukan, ada beberapa anak yang suka dengan berhitung tetapi ada juga anak yang suka. Yang menjadi masalah utama pada anak-anak yaitu Matematika terutama perkalian dan pembagian.
          Kami juga menjelaskan jumlah anak yang kami ajari , yaitu lima orang anak yang sedang duduk di kelas 3 SD (Hafis, Anwar, Indah,  Aan dan Rizki ) yang berusia 8-9 tahun, yang kami laksanakan sebanyak dua kali (60 menit setiap pertemuan) pada hari Sabtu, 22 Maret 2014 (pukul 13.00 WIB) dan Minggu, 23 Maret 2014 (pukul  10.00 WIB), tepatnya di Jalan Karya Setuju Medan (disalah satu rumah anggota kelompok). Kegiatan ini dilakukan di Outdoor dengan layout  lingkungan taman.Fasilitas yang digunakan 9 buah kursi dan 3 buah meja. Alat Bantu yang digunakan 5 buah buku tulis, 5 buah pensil, 1 buah laptop, 1 buah kamera, dan reward (5 bungkus Cheetoss dan 5 kotak susu Indomilk)
Pembagian tugas kelompok pada pertemuan I, yaitu perkenalan oleh Tika Ramadhani, sharing oleh Febri Inka, isi pertemuan I oleh Kristy Merlin, penutup oleh Tika Ramadhani, dan observer oleh Sony. Pada pertemuan II, pembuka oleh Kristy Merlin, flashback oleh Sony, isi pertemuan II oleh Tika Ramadhani, penutup oleh Kristy Merlin, dan observer oleh Febri Inka. Selain itu, kami juga menjelaskan skenario yang di awal dibuat, proses pembelajaran yang terjadi dan juga evaluasi. Laporan hasil pembelajaran pertemuan I, dimana kegiatan mengajar berjalan lancar sampai akhir. Namun sangat sulit awalnya untuk menumbuhkan minat siswa terhadap Matematika. Dan pada laporan hasil pembelajaran pertemuan II, kegiatan mengajar pertemuan II ini berjalan dengan sangat baik. Antusias siswa terhadap pelajaran Matematika meningkat dibanding pertemuan I.
Pada persentasi tersebut, kami sudah berusaha menampilkan slide agar tampak lebih menarik, dan menyusunnya dengan sistematika persentasi yang baik. Disini, saya mengakui kekurangan dari kelompok kami yang kurang menjelaskan bagaimana keadaan pembelajaran yang sesungguhnya terjadi karena hanya terfokus pada sistematika saja urutan persentasi saja, dan kami juga kurang menguasai bahan, serta kurangnya koordinasi tentang persentasi di hari tersebut.





Kamis, 19 Juni 2014

PAEDAGOGI

1. Teori yang kelompok gunakan adalah teori dari Ana Maria Gonzalez Soca yang bertujuan untuk mengembangkan siswa agar dapat mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan dan juga teori pedagogi modern. Kami mempersiapkan kemampuan berhitung adik-adik kelas 3 SD. Selama dua hari tersebut, kami mulai dengan pembuka (salam, perkenalan, sharing). Hari pertama, kami mengajarkan berhitung dengan soal cerita yang dibacakan dari laptop dan adik-adik diminta mencatat,memahami soal,dan mengerjakannya. Bagi yang sudah siap diminta untuk tunjuk tangan,dan menjelaskaan proses pengerjaannya. Pada hari kedua, kami menggunakan metode games (cerdas cermat, panca indra,dan menghitung sekitar),dimana mmelalui games ini kami melihat kecepatan, ketepatan, dan ketelitian adik-adik dalam berhitung. Kami memberi instruksi bagaimana cara bermain dan meminta untuk tunjuk tangan bila sudah menemukan jawabannya dan akan diberi reward. Saat games, antusias adik-adik terlihat jelas dari suara nyaring ketika menjawab, gesture tubuh yang lincah dan fokus mata yang terarah. Diakhir setiap pertemuan, kami juga melakukan evaluasi kegiatan hari itu. Selama dua hari proses pembelajaran, kami mencoba mentransformasikan,memfasilitasi,bahkan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan adik-adik dengan menggunakan metode belajar yang dapat membuat mereka senang,dan terlibat aktif, sehingga dapat mendorong minat belajar mereka. Kami juga menyesuaikan lingkungan belajar,waktu dan cara berkomunikasi bersama adik-adik sesuai tahapan usia mereka (sejajar dengan mereka saat berbicara).

2. Inti dari multivarian model adalah interaksi antara guru dan mahasiswa yang mendorong penciptaan kolaborasi. Peran pribadi saya dari sudut pandang multivarian model ini bisa dikatakan sangat minim. Saya menyadari bahwa dosen pengampu mata kuliah pedagogi sangat berusaha untuk menghilangkan kesan memaksa, menghilangkan kesan mendominasi, dan menciptakan kolaborasi yang baik dengan siswa , baik itu dengan cara bertanya, meminta pendapat mahasiswa, dan memberi waktu untuk ice breaking. Tetapi tidak dapat saya sangkal, bahwa saya sulit untuk mengemukakan pendapat saya saat kuliah berlangsung. Menurut saya hal yang membuat saya gagal untuk melakukan kolaborasi dengan dosen karena saya merasa malu apabila bertanya atau memberi pendapat dari sudut pandang saya di depan beberapa mahasiswa dari beberapa jenjang angkatan.

3. Berdasarkan kenikmatan belajar, pengalaman merencanakan, dan menjalankan pembelajaran pada mata kuliah paedagogi ini sudah lumayan baik hanya tergantung kondisi atau waktu saja. Kenikmatan belajar berjalan baik ketika mahasiswa melakukan interaksi dengan dosen atau mahasiswa lain, mengerti umpan balik yang diberikan dosen, dan memberikan kontribusi pemikiran, seperti halnya saat persentasi oleh kelompok, kelompok lain merespon dengan baik dengan bertanya, memberikan pendapat, dan apabila ada jawaban yang membuat mahasiswa kurang puas maka dosen memberi jawaban yang dibutuhkan. Tetapi, saat beberapa pertemuan terakhir atau kuliah paedagogi, kenikmatan belajar ini turun drastis dikarenakan kondisi, situasi ataupun faktor yang berasal dari internal masing-masing mahasiswa padahal dosen sudah mencoba menciptakan wahana kelas yang baik , melakukan penyesuaian. Sehingga dapat dikatakan kenikmatan belajar yang saya rasakan pada mata kuliah paedagogi saat beberapa pertemuan terakhir ini kurang baik.

Evaluasi dari proses mata kuliah pedagogi :
            Selama satu semester proses mata kuliah pedagogi ini berlangsung, mungkin hal yang dapat saya evaluasi adalah lebih mengarah pada diri saya sebagai mahasiswa yang harusnya terlibat aktif di dalam kelas. Selain itu, menurut saya proses mata kuliah untuk pedagogi ini memerlukan waktu tambahan karena mata kuliah pedagogi ini membutuhkan pemahaman yang mendalam agar dapat diaplikasikan dengan baik, dan juga diperlukan sumber bahan bacaan yang lebih mudah dipahami. Terima kasih.

Minggu, 13 April 2014

Wawancara pada seorang guru


Tugas Individu 
Kristy Merlin (12-115)



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan supaya siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimana, mengajar berasal dari kata ajar yang bermakna memeri petunjuk atau menyampaikan inforrmasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu diketahui atau dipahami. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial budaya. Dengan pendidikan diharapkan supaya siswa dapat hidup mandiri sebagai individu maupun makhluk sosial.

Proses pembelajaran itu sendiri menekankan pada terjadinya interaksi antara peserta didik, guru, metode, kurikulum, sarana, dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai kompetensi pembelajaran. Kompetensi akan tercapai dengan maksimal ketika semua komponen terpenuhi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal dari dalam diri siswa, maupun faktor eksternal yang berasal dari luar siswa. Salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah terletak pada guru. Metode mengajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi belajar siswa. Seperti yang dikemukakan Marie F. Hassett bahwa ketika kita berbicara tentang kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi. Cara menyajikan bahan pelajaran yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar, sedangkan metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula.



1.2 Tujuan

Tentu sajaa wawancara yang saya lakukan pada seorang guru ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pandangan pribadi mereka tentang pendidikan, motivasi yang mendasarinya untuk mengajar, filosofi dalam mengajar, sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta didik, dan pendekatan yang digunakan dalam mengajar. Yang selanjutnya akan dikaitkan dengan teori yang sudah dipelajari.



Bab II
HASIL WAWANCARA



2.1 Identitas Guru

Berikut adalah data guru yang saya wawancarai :

Nama (Inisial)                         : S, S.Pd

Umur                                       : 53 tahun

Sekolah Mengajar                   : SDN 1 Air Jamban

Pengalaman Mengajar             : 30 tahun (1984-sekarang)

Status                                      : Sudah Sertifikasi


2.2 Waktu dan Tempat Wawancara

            Tanggal Wawancara                : 09 April 2014           

Waktu Wawancara                  : pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB

Tempat                                    : Rumah Ibu S, S.Pd (Jl. Mangga No.08 Riau)


2.3 Hasil Wawancara

            Melalui proses wawancara, saya menanyakan beberapa pertaanyaan kepada ibu S, S.Pd berkaitan dengan kegiatan mengajar yang beliau lakukan. Berikut adalah hasil dari wawancara yang saya lakukan.
 Bagaimana pandangan ibu tentang pendidikan ?
Menurut saya, pendidikan itu adalah suatu tongak kehidupan bangsa dan tanpa pendidikan bangsa kita tidak dapat berkembang. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan antara pendidik (guru) dengan yang diajar (anak didik) untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang diinginkan dan diharapkaan dapat menjadi bekal untuk masa depan yang lebih baik dan mencerdaskan kehidupan para penerus bangsa.


Hal apa yang menjadi motivasi mendasar bagi ibu untuk menjadi seorang guru ?
Hal yang memotivasi saya menjadi seorang guru adalah ayah saya sendiri yang juga adalah seorang guru. Saya ingat bahwa ayah saya sering menggingatkan saya untuk berbagi ilmu dengan orang lain dan bagi saya mengajar adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan dan mulia.

Bagaimana sudut pandang ibu sebagai guru dalam melihat peserta didik ?
Menurut saya peserta didik adalah anak saya sendiri yang harus saya persiapkan untuk mencapai masa depannya. Saya juga harus mampu menjadi seorang guru yang berkualitas, profesional dan baik bagi mereka.



          Apa yang menjadi filosofi ibu dalam mengajar ? 

Bagi saya ilmu yang dibagikan tidak akan pernah berkurang, tetapi dengan berbagi ilmu di sekolah , ilmu itu dapat bertambah dengan sangat signifikan. Selain itu, menjadi seorang guru SD adalah hal yang sangat mempunyai arti bagi saya karena guru SD lah yang memberikan pengajaran awal kepana anak didik mengenai calistung.



       Pendekatan apa yang ibu laksanakan dalam mengajar ?

Pendekatan dalam mengajar yang saya laksanakan tidak tentu, tekadang student-centered learning  dan terkadang teacher-centered learning , serata metode ceramah dan demonstrasi. Hal itu, tergantung pada topik apa yang akan dipelajari, situasi dan kondisi kelas yang berubah-ubah. Dimana hal itu sangat perlu diperhatikan dalam mengajar.



BAB III

PEMBAHASAN


3.1 Mempelajari dan Mentransformasikan

Seni mengajar terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung. Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dengan menggunakan media tertentu. Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok orang lainnya, seperti guru dan siswa. Hubungan seperti ini adalah hubungan dua arah. Siswa adalah subjek didik atau murid yang menerima dan mengikuti disiplin yang ditentukan oleh guru untuk pengembangan pikirannya. Bukan berarti siswa tunduk pasif pada otoritas yang sewenang-wenang dari gurunya. Ini adalah alokasi yang aktif oleh siswa sejalan dengan arah yang ditunjukkan oleh gurunya. Siswa yang baik mengambil manfaat besar dari peran guru.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya laksanakan dengan ibu S, S.Pd , ibu ini dapat melakukan hubungan dua arah dengan siswa, hal ini terlihat dari tujuan mulia ibu ini untuk berbagi ilmu dan juga dari metode mengajar yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan topik, situasi dan kondisi kelas. Dimana tujuannya dalam mengajar untuk mentransformasikan pengetahuan, keterampilan, dan memberikan pewarnaan nilai pada siswa dapat tercapai.



3.2 Karakter-Karakter Pribadi Guru

            Seorang guru tentu mempunyai karakter-karakter pribadi, seperti ksatria (mengakui kealahan ketika memang melakukannya), jujur (memberitahu siswa tentang kebenaran dan menjelaskan tindakan dengan alasan situasi), disiplin (menunjukkan kontrol diri dan dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar dalam setiap situasi), penyayang (menunjukkan diri benar-benar peduli dengan siswa secara pribadi dan profeesional), integritas (selalu melakukan apa yang dikatakan apapun konsekuensi), antusias (tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajaarkan benaar-benar berguna untuk hidup), motif bagus (menjadikan siswa selalu pada prioritas pertama), dan komitmen (menunjukkan semangat dan semangat untuk menyampaikan materi secara tuntas).

            Karakter-karakter pribadi guru ini tampak pada diri ibu S, S.Pd dari cara beliau mengajar berdasarkan kurikulum dan menggangap peserta didik sebagai anak sendiri.



3.3 Ciri-Ciri Guru Yang Baik dan Kualitas Guru yang Baik

Ciri-ciri guru yang baik adalah memiliki kesadaran akan tujuan, memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa, mentoleransi ambiguitas, menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa, merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui, mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka, belajar dari berbagai model, dan menikmati pekerjaan dan siswa mereka.

Kualitas guru yang baik harus memiliki keyakinan diri sendiri, memiliki  kesabaran, memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya, memiliki pemahaman, memiliki kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda, memiliki dedikasi untuk keunggulan, teguh dalam memberi dukungan, kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi, bangga atas prestasi siswa, dan bergairah untuk hidup. Ciri-ciri guru yang baik dan kualitas guru yang baik di atas mencerminkan diri ibu S, S.Pd sebagai kualitas guru yang baik.



3.4 Pedagogi Secara Tradisional dan Modern

Secara tradisional paedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternative strategi pembelajaran, karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kondisi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar. Secara modern meliputi pengajaran, belajar, hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat paedagogi, hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan usia. Dari hasil wawancara dengan beliau, paedagogi secara tradisonal dan modern ini sesuai dengan metode pengajaran beliau yang menggunakan berbagai metode dalam mengajar sesuai dengan topik, kondisi, dan situasi, serta kurikulum yang ada.



3.5 Pedagogi Transformatif

Konstruksi  sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk transformasional, bukan sekedar dipersepsi sebagai transaksi antara mereka dengan guru. Konsekuensi perubahan dari sudut pandang ini adalah pengenalan kembali bentuk-bentuk baru paedagogi yang dikaitkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pedagogi transformatif harus memiliki agenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitasi, hubungannya dengan kekuasaan, serta kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, paedagogi harus mampu menjadi jembatan antara peran negara terhadap pendidikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan. Melalui wawancara ini, ibu S, S.Pd  telah menggunakan proses pembelajaran sesuai kurikulum yang saat ini sudah menggunakan teknologi.


3.6 Padagogi dan Pedagogis

            Pedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai system yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Pedagogis adalah kata sifat dari pedagogi yang bermakna sebagai salah satu proses sstudi peagogi dan sadar terhadap arah tujuan dan ciri dasar dari proses pedagogi. Dari hasil wawancara, ibu S,S.Pd merupakan seorang guru yang memodelling paedagogi.


3.7 Pedagogi Teoritis 

Di antara prinsip itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis. Setiap proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi. Prinsip lainnya adalah merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses karena didassarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Dengan menjalani proses pembelajaran yang baik, seseorang akan mencapai keterdidikan dalam makna terwujudnya pencapaian jaminan pengembangan pribadi. Prinsip berikutnya adalah domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Prinsip terakhir dari pedagogis adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lainnya. Sepanjang kehidupan, siswa menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi terus-menerus.

Dari ketiga prinsip di atas, ibu S, S.Pd telah memenuhi ketiganya dimana beliau bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa sehingga berkaitan dengaan kegiatan pembangunan dan adanya komunikasi dua arah antara beliau dan siswanya.



 3.8 Pendidikan Humanis

Pendidik humanis revolusioner tidak bisa menunggu terlalu lama untuk kemungkinan ini terwujud. Sejak awal, upaya tersebut harus sudah disadari bersama dengan siswa agar mereka terlibat pemikiran kritis, dan pencarian bagi humanisasi bersama. Guru dan siswa sama-sama berada pada koridor humanisasi. Usahanya harus dijiwai dengan kepercayaan yang mendalam dari masyarakat dan daya kreatif mereka. Untuk mencapai hal ini, guru harus menjadi mitra bagi siswa dalam hubungan antarsesama mereka. Ibu S,S.Pd telah menjalin suatu hubungan humanis dengan siswa karena beliau sudah membangun mitra dengan siswa dan mencoba terlibat dalam pemikiran kritis.


3.9 Paedagogi Abad 21

Dikenal juga sebagai pedagogi progresif. Paedagogi Abad 21 ini, tidak hanya berbicara mengenai seni dan limu mengajar, melainkan mendorong kita untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang terhadap bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Paedagogi yang abstrak itu harus menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yang konkret . Paedagogi tidak sekedar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan paedagogi praktis.

Berdasarkan hasil wawancara, ibu S,S.Pd telah mencoba untuk mengajar sesuai dengan kurikulum dan mengaplikasikannya dengan berbagai metode belajar sesuai dengan kemajuan zaman dan teknologi.


BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil wawancara yang telah saya laksanakan dengan ibu S,S.Pd dapat disimpulkan:

1.   Beliau mempunyai tujuan yang mulia untuk masa depan siswa dan menggangap siswa sebagai anak sendiri, sehingga beliau telah membangun hubungan dua arah dengan siswa.

2.    Beliau memiliki beberapa karakter-karakter pribadi dari seorang guru.

3.  Beliau merupakan salah satu guru yang baik dan memiliki hampir dari semua poin kualitas guru yang baik.

4.    Beliau memodelling pedagogi.

5.  Beliau menggunakan berbagai metode belajar untuk siswa dan menyesuaikannya dengan  kurikulum, situasi dan kondisi.

6.   Metode-metode pengajaran beliau telah sesuai dengan pedagogi secara tradisional dan modern, serta pedagogi transformatif.



BAB V

SARAN

Dalam wawancara yang telah saya laksanakan terhadap ibu S,S.Pd, beliau adalah salah satu guru yang berkualitas baik, berkarakter pribadi sebagai guru, dan guru yang professional. Saran yang dapat saya berikan untuk beliau mungkin sedikit, saya hanya ingin beliau terus berjuang untuk mendidik siswa dengan ebih baik lagi, dengan karakter-karakter yang lebih aik lagi dan berharap dapat menjadi ahli pedagogi yang sesungguhnya.



DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Khairil. 2013. Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : ALFABETA.



  









PAEDAGOGI ABAD 21




PAEDAGOGI ABAD 21
Paedagogi Abad 21 dikenal juga sebagai pedagogi progresif. Paedagogi Abad 21ini, tidak hanya berbicara mengenai seni dan limu mengajar, melainkan mendorong kita untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang terhadap bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Paedagogi yang abstrak itu harus menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yang konkret . Paedagogi tidak sekedar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan paedagogi praktis.

Ilmiah dan Praktis
Paedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal dan pengetahuan paedagogi vernacular”. Paedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah yang merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, sedangkan paedagogi vernakular merupakan nama lain dari paedagogi praktis. Paedagogi formal atau teoritis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empiric selama proses mengajar dan belajar (Moore,2000). Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran  dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi. Bagi guru-guru, kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis.
Beberapa alasan mengapa tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses pembelajaran, yaitu informasi yang berlebihan, kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan, tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif, kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh, dan adanya pengekangan terhadap kreativitas.

Studi Sistematik
Satu kerangka kerja yang memungkinkan guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk paedagogi (Hallam  dan Ireson, 1999) :
1.      Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai- nilai yang mendukung pengajaran.
2.      Pengetahuan tentang teori belajar.
3.      Pengetahuan tentang konsep- konsep yang berbeda dari mengajar.
4.      Pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran serta interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan berbagai   jenis  pembelajaran.
5.      Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas.
6.      Pengetahuan dan keterampilan  untuk mengevaluasi praktik, peneliti, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.

Tiga tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dengan judul Memahami Otak: Menuju Ilmu Baru Belajar diungkapkanmengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan ini. Di sini juga terungkap secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagai ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan itu ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1.      Codifying and communicating teachers practical pedagogical knowledge
Yaitu kodifikasi dan mengkomunikasikan pengetahuan pedagogis praktis guru. Menurut Shulman (1987)  masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. Langkah positif adalah menggunakan dokumen standar untuk mengkomunikasikan secara langsung.  
2.      Establishing systems for shared scientific pedagogical knowledge management
Yaitu membangun pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini. 
3.      Developing a robust  theoretical framework for the new science of pedagogy
Yaitu mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi. Pengembangan teoritis dan empiris bidang pedagogi memberikan kendali bebas, namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan.

Antipedagogi
Dalam Education Week  edisi 19 Juni 2002. Menteri Pendidikan Amerika Serikat  telah mempertanyakan pentingnya pedagogi dan pembelajaran bagi guru. Dia mengemukakan , banyak sekolah pendidikan bisnis terus seperti biasa, dengan fokus berat pada pedagogi bagaimana menjadi seorang guru. Baginya, apa yang paling dibutuhkan oleh guru adalah  pemahaman yang lebih tentang apa yang mereka akan ajarkan, bagaimana memantau kemajuan siswa, dan  bagaimana membantu  siswa yang jatuh di belakang. Dia tidak terlalu mementingkan dimensi pedagogi, karena penguasaan materilah yang paling esensial. Guru efektif menampilkan berbagai ketrampilan dan kemampuan yang mengarah untuk menciptakan lingkungan belajar dimana semua siswa merasa nyaman dan yakin akan dapat berhasil baik secara akademis dan pribadi. Kombinasi yang kompleks antara keterampilan dan kemampuan yang terintegrasi dalam standar pengajaran professional yang juga mencakup pengetahuan penting, kecenderungan, dan komitmen yang memungkinkan pendidik untuk berlatih pada tingkat tinggi.

Dikaitkaan dengan proses pembelajran yang saya lakukan, tentu terjadi kekurangan maupun kesesuaian dengan Paedagogi Abad 21 ini. Selama proses pembelajaran  terjadi suatu kesesuaian dengan Paedagogi Abad 21 dalam menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran  dan pembelajaran dan melakukan redesain dan pemahaman ulang terhadap bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Dimana, kami mencoba untuk menggunakan waktu yang sangat cukup untuk berbagi informasi dan menggunakan teknologi untuk memudahkan siswa dalam belajar serta mencoba mengembangkan kreativitas siswa dalam berhitung.
Beberapa kerangka kerja yang dapat mengembangkan pendekatan untuk paedagogi (Hallam  dan Ireson, 1999)  yang telah kami miliki adalah pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai- nilai yang mendukung pengajaran, pengetahuan tentang teori belajar, pengetahuan tentang konsep- konsep yang berbeda dari mengajar, pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran serta interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan berbagai   jenis  pembelajaran, memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas. Saya juga sudah memiliki pemahaman yang lebih tentang apa yang akan ajarkan, bagaimana memantau kemajuan siswa, dan  bagaimana membantu  siswa yang jatuh di belakang yakni dengan melakukan beberapa pendekatan dengan siswa tersebut dengan saling bercerita. Saya juga berusaha untuk menampilkan berbagai keterampilan dan kemampuan yang mengarah untuk menciptakan lingkungan belajar dimana semua siswa merasa nyaman dan yakin akan dapat berhasil baik secara akademis dan pribadi.
Namun, kekurangan yang terjadi adalah kurangnya pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar karena ini merupakan pengalaman pertama dan masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan  untuk mengevaluasi praktik, peneliti, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.