Rabu, 18 Maret 2015

PEER LEARNING

MEDIA DISKUSI MELALUI WEBSITE/ MADING OPINI KRITIKUS

Oleh :
Kelompok 10

Livi Yohana   (121301002)
Muhammad Saif  (121301027)
Muhammad Yusuf Lubis  (121301028)
Riyan Kurnia Aswari  (121301060)
Kristy Merlin (121301115)
Arif Mubarakallah (121301122)




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015


  
       I.            Latar Belakang
            Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas dan tidak semangat.  Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengganti atau mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya.  Akibat dari pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan siswa.  Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional.      
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.  Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru.  Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa.  Model pembelajaran seperti itu biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga kesan yang timbul adalah pembelajaran yang membosankan dan membuat siswa jenuh bahkan mengantuk.  Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.
Model pembelajaran yang dimaksud untuk mengatasi masalah ini adalah model pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) atau peer learning.  Model pembelajaran peer teaching atau peer learning ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing experience. Dengan mengganti model pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan oleh semua pihak dapat tercapai. Menurut Boud, et al. (2001) peer teaching atau disebut juga peer learning adalah pembelajaran yang melibatkan murid  untuk saling berbagi ide dan pengalaman antara partisipan. Termasuk dukungan emosional satu sama lain. Istilah peer tutoringmemiliki makna yang sama dengan peer teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu untuk mengajar  peserta didik lainnya. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik karena anggota suatu komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain.

    II.            Tujuan dan Manfaat Peer Learning
            Tentu saja, peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari  peer learning secara umum :
  1. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.
  2. Mengatasi isolasi.
  3. Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
  4. Memotivasi dan meyakinkan siswa.
  5. Fleksible dan responsibel.
Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer learning ini adalah:
  1. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun produk pengajaran.
  2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills).
  3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
  4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis.  Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka.  Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.
 III.            Keterbatasan Dalam Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
            Selain adanya manfaat melalui media pembelajaran ini, kami dari kelompok juga mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang menjadi keterbatasan dalam proses ini, yaitu :
1.      Apabila kelompok jadi membuat media diskusi ini melalui mading memerlukan beberapa proses yang panjang dan rumit.
2.      Biaya yang diperlukan untuk membuat mading yang direncanakan cukup besar terkait alat dan vahan yang diperlukan.
3.      Media pembelajaran melalui mading ini memiliki kesulitan dalam pelaksanaannya.
4.      Media ini hanya dapat digunakan untuk pembahasan suatu topik yang sedang berkembang di masyarakat.

 IV.            Program Perencanaan
            Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya. Peer learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.
            Sehingga dari penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok berperan sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai penyedia media, dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai isu-isu tersebut. Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai wadah peer learning, dimana  saat ini pembelajaran melalui media ini sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu dengan yang lain.
            Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan dalam media pembelajaran mading :
Ø  Alat                                                    
            Papan Mading.

Ø  Bahan
Materi bacaan berupa isu.
Kertas warna-warni, pena, paku mading (mading).

Ø  Persiapan Isu yang Dibahas Melalui Mading Opini Kritikus
1.      Isu Yang Perlu Dibahas
Isu ini sebaiknya adalah isu yang sedang berkembang saat ini dan semua peserta didik mengetahui mengenai isu ini.
2.      Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan disini dimaksudkan agar data yang didapat oleh kelompok adalah data yang valid, maupun sesuai dengan yang sebenarnya. Sehingga, ketika isu ditampilkan di mading, peserta didik ataupun pembaca mempunyai informasi yang sama dan proses memberikan opini dapat berjalan baik.

Ø  Langkah-Langkah Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus
1.  Kelompok akan menyediakan sebuah mading untuk membahas isu-isu yang sedanG berkembang di dunia saat ini.
2.    Selain itu, juga akan disediakan sebuah tempat di samping mading untuk tempat kertas-kertas opini dan pena, dimana nantinya pembaca bisa menggunakan kertas tersebut untuk menulis opini mereka. Kertas tersebut dilengkapi dengan bintang di bawahnya yang nantinya apabila komentar sudah ditempel di mading, pembaca lain bisa memberi tanda centang pada bintang apaila menurut pembaca opini tersebut bagus.
3.  Setelah semua opini telah ditempel dan diberi bintang oleh pembaca lain selama seminggu, kelompok akan merangkum hasil kesimpulan diskusi dari setiap orang dan menempelkannya dan berlaku seperti itu untuk selanjutnya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar