Tugas Individu
Kristy Merlin (12-115)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan
suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan supaya siswa
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dimana, mengajar berasal dari kata
ajar yang bermakna memeri petunjuk atau menyampaikan inforrmasi, pengalaman,
pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek tertentu diketahui atau dipahami. Tujuan
pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju perubahan tingkah laku
baik intelektual, moral, maupun sosial budaya. Dengan pendidikan diharapkan
supaya siswa dapat hidup mandiri sebagai individu maupun makhluk sosial.
Proses pembelajaran itu
sendiri menekankan pada terjadinya interaksi antara peserta didik, guru,
metode, kurikulum, sarana, dan aspek lingkungan yang terkait untuk mencapai
kompetensi pembelajaran. Kompetensi akan tercapai dengan maksimal ketika semua
komponen terpenuhi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Keberhasilan
pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal dari dalam
diri siswa, maupun faktor eksternal yang berasal dari luar siswa. Salah satu
faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar adalah
terletak pada guru. Metode mengajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi
belajar siswa. Seperti yang dikemukakan Marie F. Hassett bahwa ketika kita
berbicara tentang kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan
masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi. Cara menyajikan
bahan pelajaran yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar,
sedangkan metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
kurang baik pula.
1.2 Tujuan
Tentu sajaa wawancara yang saya lakukan
pada seorang guru ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pandangan pribadi mereka
tentang pendidikan, motivasi yang mendasarinya untuk mengajar, filosofi
dalam mengajar, sudut pandang sebagai guru dalam melihat peserta
didik, dan pendekatan yang digunakan dalam mengajar. Yang selanjutnya akan
dikaitkan dengan teori yang sudah dipelajari.
Bab II
HASIL WAWANCARA
2.1 Identitas Guru
Berikut adalah data guru yang saya wawancarai :
Nama (Inisial) : S, S.Pd
Umur :
53 tahun
Sekolah Mengajar : SDN 1 Air Jamban
Pengalaman Mengajar : 30 tahun (1984-sekarang)
Status : Sudah Sertifikasi
2.2 Waktu dan Tempat Wawancara
Tanggal
Wawancara : 09 April 2014
Waktu Wawancara : pukul 13.00 WIB – 15.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu S, S.Pd (Jl. Mangga
No.08 Riau)
2.3
Hasil Wawancara
Melalui proses wawancara, saya menanyakan beberapa
pertaanyaan kepada ibu S, S.Pd berkaitan dengan kegiatan mengajar yang beliau
lakukan. Berikut adalah hasil dari wawancara yang saya lakukan.
Bagaimana pandangan ibu
tentang pendidikan ?
Menurut saya, pendidikan
itu adalah suatu tongak kehidupan bangsa dan tanpa pendidikan bangsa kita tidak
dapat berkembang. Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
antara pendidik (guru) dengan yang diajar (anak didik) untuk mendapatkan suatu
pengetahuan yang diinginkan dan diharapkaan dapat menjadi bekal untuk masa
depan yang lebih baik dan mencerdaskan kehidupan para penerus bangsa.
Hal yang memotivasi saya menjadi seorang guru adalah ayah saya sendiri yang juga adalah seorang guru. Saya ingat bahwa ayah saya sering menggingatkan saya untuk berbagi ilmu dengan orang lain dan bagi saya mengajar adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan dan mulia.
Menurut
saya peserta didik adalah anak saya sendiri yang harus saya persiapkan untuk
mencapai masa depannya. Saya juga harus mampu menjadi seorang guru yang
berkualitas, profesional dan baik bagi mereka.
Apa yang menjadi
filosofi ibu dalam mengajar ?
Bagi saya ilmu yang dibagikan tidak akan pernah berkurang,
tetapi dengan berbagi ilmu di sekolah , ilmu itu dapat bertambah dengan sangat
signifikan. Selain itu, menjadi seorang guru SD adalah hal yang sangat
mempunyai arti bagi saya karena guru SD lah yang memberikan pengajaran awal
kepana anak didik mengenai calistung.
Pendekatan apa yang ibu
laksanakan dalam mengajar ?
Pendekatan dalam
mengajar yang saya laksanakan tidak tentu, tekadang student-centered learning
dan terkadang teacher-centered
learning , serata metode ceramah dan demonstrasi. Hal itu, tergantung pada
topik apa yang akan dipelajari, situasi dan kondisi kelas yang berubah-ubah.
Dimana hal itu sangat perlu diperhatikan dalam mengajar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mempelajari dan Mentransformasikan
Seni mengajar terlihat
ketika interaksi pembelajaran berlangsung. Mengajar merupakan seni
dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dengan
menggunakan media tertentu. Pembelajaran selalu melibatkan hubungan antara
pikiran seseorang atau sekelompok orang dan pikiran seseorang atau sekelompok
orang lainnya, seperti guru dan siswa. Hubungan seperti ini adalah hubungan dua
arah. Siswa adalah subjek didik atau murid yang menerima dan mengikuti disiplin
yang ditentukan oleh guru untuk pengembangan pikirannya. Bukan berarti siswa
tunduk pasif pada otoritas yang sewenang-wenang dari gurunya. Ini adalah
alokasi yang aktif oleh siswa sejalan dengan arah yang ditunjukkan oleh gurunya.
Siswa yang baik mengambil manfaat besar dari peran guru.
Berdasarkan
hasil wawancara yang telah saya laksanakan dengan ibu S, S.Pd , ibu ini dapat
melakukan hubungan dua arah dengan siswa, hal ini terlihat dari tujuan mulia
ibu ini untuk berbagi ilmu dan juga dari metode mengajar yang berubah-ubah yang
disesuaikan dengan topik, situasi dan kondisi kelas. Dimana tujuannya dalam
mengajar untuk mentransformasikan pengetahuan, keterampilan, dan memberikan
pewarnaan nilai pada siswa dapat tercapai.
3.2
Karakter-Karakter Pribadi Guru
Seorang guru tentu mempunyai
karakter-karakter pribadi, seperti ksatria (mengakui kealahan ketika memang
melakukannya), jujur (memberitahu siswa tentang kebenaran dan menjelaskan
tindakan dengan alasan situasi), disiplin (menunjukkan kontrol diri dan dapat
diandalkan untuk melakukan hal yang benar dalam setiap situasi), penyayang
(menunjukkan diri benar-benar peduli dengan siswa secara pribadi dan
profeesional), integritas (selalu melakukan apa yang dikatakan apapun
konsekuensi), antusias (tampil bersemangat dan percaya pada apa yang diajaarkan
benaar-benar berguna untuk hidup), motif bagus (menjadikan siswa selalu pada
prioritas pertama), dan komitmen (menunjukkan semangat dan semangat untuk
menyampaikan materi secara tuntas).
Karakter-karakter pribadi guru ini
tampak pada diri ibu S, S.Pd dari cara beliau mengajar berdasarkan kurikulum
dan menggangap peserta didik sebagai anak sendiri.
3.3
Ciri-Ciri Guru Yang Baik dan Kualitas Guru yang Baik
Ciri-ciri guru yang baik adalah memiliki
kesadaran akan tujuan, memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa,
mentoleransi ambiguitas, menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk
memenuhi kebutuhan siswa, merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui,
mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka, belajar dari berbagai model, dan
menikmati pekerjaan dan siswa mereka.
Kualitas guru yang baik harus memiliki keyakinan
diri sendiri, memiliki kesabaran,
memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya, memiliki pemahaman, memiliki
kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik
dengan cara yang berbeda, memiliki dedikasi untuk keunggulan, teguh dalam
memberi dukungan, kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi, bangga atas
prestasi siswa, dan bergairah untuk hidup. Ciri-ciri guru yang
baik dan kualitas guru yang baik di atas mencerminkan diri ibu S, S.Pd sebagai
kualitas guru yang baik.
3.4
Pedagogi Secara Tradisional dan Modern
Secara tradisional paedagogi adalah seni mengajar.
Guru yang efektif senantiasa menggunakan alternative strategi pembelajaran,
karena tidak ada pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan
situasi. Strategi yang berbeda digunakan dengan kondisi yang
berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda, yang diharapkan akan dapat
meningkatkan hasil belajar.
Secara modern meliputi pengajaran, belajar, hubungan mengajar dengan belajar
dengan segala faktor lain yang tergamit mendorong minat paedagogi, hubungan
mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan
usia. Dari hasil wawancara dengan beliau, paedagogi secara tradisonal dan
modern ini sesuai dengan metode pengajaran beliau yang menggunakan berbagai
metode dalam mengajar sesuai dengan topik, kondisi, dan situasi, serta
kurikulum yang ada.
3.5 Pedagogi
Transformatif
Konstruksi sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat
nilai-nilai dan keyakinan yang mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk
transformasional, bukan sekedar dipersepsi sebagai transaksi antara mereka
dengan guru. Konsekuensi perubahan dari sudut pandang ini adalah pengenalan
kembali bentuk-bentuk baru paedagogi yang dikaitkan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pedagogi transformatif harus memiliki agenda bagi
proses penciptaan pengetahuan, fasilitasi, hubungannya dengan kekuasaan, serta
kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, paedagogi harus
mampu menjadi jembatan antara peran negara terhadap pendidikan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan kemasyarakatan. Melalui wawancara ini, ibu S, S.Pd telah menggunakan proses pembelajaran sesuai
kurikulum yang saat ini sudah menggunakan teknologi.
3.6 Padagogi dan Pedagogis
Pedagogi
tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan ada hubungannya
dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai system yang
bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Pedagogis adalah kata
sifat dari pedagogi yang bermakna sebagai salah satu proses sstudi peagogi dan
sadar terhadap arah tujuan dan ciri dasar dari proses pedagogi. Dari hasil
wawancara, ibu S,S.Pd merupakan seorang guru yang memodelling paedagogi.
3.7 Pedagogi Teoritis
Di antara prinsip itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan
ideologis dari proses pedagogis. Setiap proses pedagogis harus terstruktur
berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam
korespondensi total dengan ideologi. Prinsip lainnya adalah merujuk pada
kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses karena didassarkan
pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait
dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Dengan menjalani proses pembelajaran
yang baik, seseorang akan mencapai keterdidikan dalam makna terwujudnya
pencapaian jaminan pengembangan pribadi. Prinsip berikutnya adalah domain kognitif
dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Proses pedagogis harus
terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Prinsip
terakhir dari pedagogis adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan
kepribadian saling terkait satu sama lainnya. Sepanjang kehidupan, siswa
menjalankan sejumlah besar kegiatan dan berkomunikasi terus-menerus.
Dari ketiga prinsip di atas, ibu S, S.Pd telah memenuhi
ketiganya dimana beliau bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa
sehingga berkaitan dengaan kegiatan pembangunan dan adanya komunikasi dua arah
antara beliau dan siswanya.
3.8 Pendidikan Humanis
Pendidik humanis revolusioner tidak bisa menunggu terlalu
lama untuk kemungkinan ini terwujud. Sejak awal, upaya tersebut harus sudah
disadari bersama dengan siswa agar mereka terlibat pemikiran kritis, dan
pencarian bagi humanisasi bersama. Guru dan siswa sama-sama berada pada koridor
humanisasi. Usahanya harus dijiwai dengan kepercayaan yang mendalam dari
masyarakat dan daya kreatif mereka. Untuk mencapai hal ini, guru harus menjadi
mitra bagi siswa dalam hubungan antarsesama mereka. Ibu S,S.Pd telah menjalin
suatu hubungan humanis dengan siswa karena beliau sudah membangun mitra dengan
siswa dan mencoba terlibat dalam pemikiran kritis.
3.9 Paedagogi Abad 21
Dikenal juga
sebagai pedagogi progresif. Paedagogi Abad 21 ini, tidak hanya berbicara
mengenai seni dan limu mengajar, melainkan mendorong kita untuk melakukan
redesain dan pemahaman ulang terhadap bagaimana menggunakannya untuk merumuskan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Paedagogi yang
abstrak itu harus menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yang konkret . Paedagogi
tidak sekedar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya.
Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan paedagogi praktis.
Berdasarkan
hasil wawancara, ibu S,S.Pd telah mencoba untuk mengajar sesuai dengan
kurikulum dan mengaplikasikannya dengan berbagai metode belajar sesuai dengan
kemajuan zaman dan teknologi.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari
hasil wawancara yang telah saya laksanakan dengan ibu S,S.Pd dapat disimpulkan:
1. Beliau
mempunyai tujuan yang mulia untuk masa depan siswa dan menggangap siswa sebagai anak sendiri, sehingga beliau telah membangun hubungan dua arah dengan siswa.
2. Beliau
memiliki beberapa karakter-karakter pribadi dari seorang guru.
3. Beliau
merupakan salah satu guru yang baik dan memiliki hampir dari semua poin
kualitas guru yang baik.
4. Beliau
memodelling pedagogi.
5. Beliau
menggunakan berbagai metode belajar untuk siswa dan menyesuaikannya dengan
kurikulum, situasi dan kondisi.
6. Metode-metode
pengajaran beliau telah sesuai dengan pedagogi secara tradisional dan modern,
serta pedagogi transformatif.
BAB V
SARAN
Dalam wawancara
yang telah saya laksanakan terhadap ibu S,S.Pd, beliau adalah salah satu guru
yang berkualitas baik, berkarakter pribadi sebagai guru, dan guru yang
professional. Saran yang dapat saya berikan untuk beliau mungkin sedikit, saya
hanya ingin beliau terus berjuang untuk mendidik siswa dengan ebih baik lagi,
dengan karakter-karakter yang lebih aik lagi dan berharap dapat menjadi ahli
pedagogi yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Danim,
Sudarwan dan Khairil. 2013. Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung
: ALFABETA.